Pusat Sarana Pengasihan

Orang Selingkuh Itu Bukan Karena Pasangannya Ini Penjelasan Saya

Istilah pelakor alias perebut laki orang kerap dihubungkan dengan perselingkungan dalam hubungan rumah tangga.

 

Fenomena perselingkuhan yang sering terjadi dalam rumah tangga rupanya dapat dijelaskan dalam kajian sains. Ada beberapa alasan yang membuat seseorang memutuskan menyelingkuhi pasangan.

 

Mulai dari gangguan kepribadian, trauma masa kecil, pengaruh media sosial, dan kontrol diri yang buruk. Sementara itu, alasan paling umum kenapa pasangan yang menikah memilih untuk selingkuh ialah frustasi dalam pernikahan dan tidak puas dalam rumah tangganya.

 

Dalam beberapa kasus, ternyata orang-orang yang berselingkuh itu karena suatu alasan yang rumit. Berikut adalah beberapa alasan rumit yang dimaksud.

 

  1. Selingkuh bukan berarti tidak bahagia

 

Seseorang yang selingkuh dari pasangan sering dikaitkan dengan perasaan tidak bahagia dalam menjalani hubungan bersama pasangannya.

 

Namun menurut saya, orang yang berselingkuh sebenarnya sedang “melarikan diri” dari masalah lain atau mencari jati diri. Bagi mereka yang mencari jati diri atau menghindari masalah lewat perselingkuhan, selingkuh cenderung menjadi tanda masalah. Saya umpamakan perselingkuhan itu seperti efek lampu jalan.

 

Di mana seorang pria mabuk mencari kuncinya yang hilang, tetapi dia mencari bukan di tempat di mana ia menjatuhkan kunci itu, melainkan di tempat yang terkena cahaya (efek lampu hijau) di jalan. Masalahnya adalah bahwa tidak seperti orang mabuk yang pencariannya sia-sia, kita selalu dapat menemukan masalah baru dalam pernikahan.

 

Arti dari perumpamaan ini adalah kunci yang hilang ibarat jati diri, yang dicari di tempat orang lain dengan melakukan perselingkuhan. Bukannya menemukan jati diri, kebanyakan perselingkuhan mendatangkan masalah lain.

 

  1. Selingkuh tak berhubungan dengan penampilan atau kepribadian pasangan

 

Menurut survei yang dilakukan Victoria Milan – situs web untuk mengetahui orang-orang yang selingkuh – pria ataupun wanita yang selingkuh mengaku memiliki pasangan yang lebih menarik dibanding selingkuhannya.

 

Dari 4.000 pengguna situs, sebagian besar pria mengaku memiliki istri yang lebih menarik dan mumpuni dibanding simpanannya. Hanya 25 persen pria yang mengaku, selingkuhannya lebih menarik.

 

  1. Selingkuh itu tentang peluang (kesempatan)

 

Dalam sebuah survei yang dilakukan MSNBC, semua orang yang sudah menikah bisa berselingkuh. Tak peduli berapa umurnya, apakah sudah memiliki anak atau belum, dan dari latar belakang apa.

 

Survei ini juga menemukan, sebagian besar pelaku perselingkuhan memiliki kesamaan, yakni mereka dihadapkan dengan godaan untuk berselingkuh.

 

Dalam penelitian yang terbit oleh sebuah jurnal international, yang melibatkan 423 orang, penelitian menemukan bahwa pria dan wanita berselingkuh karena alasan oportunistik.

 

Alasan yang sering digunakan ketika kedapatan selingkuh adalah, “saya digoda” atau “ada orang yang benar-benar ‘ada’ untuk saya”.

 

Hal inilah yang kemudian terjadi dan memicu orang tersebut berselingkuh. Sebab ada kesempatan yang datang padanya.

 

  1. Sifat alamiah sejak anak-anak

 

Ada bukti yang menyebut bahwa jika salah satu pasangan menunjukkan rasa takut untuk ditolak atau diabaikan, mereka justru cenderung dapat berselingkuh.

 

Hal itu sesuai dalam konteks Attachment Theory, dan beberapa penelitian lainnya juga telah mengkonfirmasi bahwa gaya keterikatan individu yang terbentuk pada masa bayi dan anak-anak, berdampak besar untuk hubungan cintanya di masa mendatang.

 

Hal ini merupakan proses yang sebagian besar terjadi secara spontan dan tanpa usaha, dan mereka mungkin telah dibentuk oleh faktor biologis atau pengalaman anak usia dini.

 

Jadi perselingkuhan itu bisa terjadi oleh banyak sebab, terkadang ada yang menyalahkan si pelakor, kadang juga ada yang menyalahkan si suami, namun banyak pula yang menyalahkan si istri. Memang semuanya bisa salah. Terkadang istri juga lalai untuk menjadi pribadi seorang istri yang baik dan patuh pada suami, terkadang suami juga lalai untuk menjadi seorang suami yang bisa menjadi teladan dan bertanggung jawab pada keluarganya.

 

Jadi, dengan video ini saya mengajak anda, para bapak atau ibu, yuk saling bercermin diri demi keluarga masing2, supaya pondasi keluarga ini semakin kokoh, karena keluarga itu ibarat pohon, semakin tinggi pohon tumbuh, semakin kencang anginnya, begitu pula dengan keluarga, semakin lama usia perkawinan, semakin kencang pula godaannya.

 

Nah bagi anda yang ingin konsultasi tentang masalah rumah tangga anda, silahkan hubungi nomor whatsapp di layar video ini, mencegah lebih baik daripada mengobati.

 

Sekian dari saya semoga video ini bisa bermanfaat.